Upacara Adat Ngalaksa daerah Majalengka

Upacara Adat Ngalaksa daerah Majalengka

Upacara Ngalaksa Bagi masyarakat Majalengka, khususnya yang hidup di pedesaan dengan mata pencaharian utama sebagai petani, padi bukan sekadar makanan pokok, tetapi juga simbol kehidupan. Karena itu, ketika panen tiba, masyarakat merasa wajib mengungkapkan rasa syukur melalui sebuah ritual adat.

Kesenian Tarawangsa (5): Beberapa Hal yang Harus Disiapkan Dalam Upacara  Adat Ngalaksa - Inimahsumedang

Baca juga : petualangan ekstream gunung raung
Baca juga : inovasi pangan global genomik pertanian genetik
Baca juga : Nicolas Maduro Moros berani melawan amerika
Baca juga : konflik perang venezuela amerika semakin mendekat
Baca juga : life style deddy corbuzier yang penuh pengaruh

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya dan tradisi. Hampir setiap daerah memiliki kearifan lokal berupa upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satunya adalah Upacara Ngalaksa di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Upacara ini merupakan tradisi syukuran atas panen padi yang melimpah, dilakukan dengan penuh simbol, doa, serta kebersamaan warga desa.

Sejarah dan Asal-Usul Upacara Ngalaksa

1. Hubungan dengan Kepercayaan pada Dewi Sri

Sebelum masuknya Islam, masyarakat Sunda mengenal Dewi Sri sebagai dewi kesuburan dan pelindung padi. Kepercayaan ini melahirkan berbagai tradisi agraris, salah satunya adalah upacara syukuran panen. Ngalaksa dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri yang memberi berkah berupa kesuburan tanah dan melimpahnya hasil bumi.

2. Akulturasi dengan Islam

Seiring masuknya Islam ke tanah Sunda pada abad ke-15–16, banyak tradisi lokal mengalami akulturasi. Ngalaksa yang awalnya bernafaskan animisme dan penghormatan terhadap Dewi Sri kemudian dipadukan dengan nilai-nilai Islam. Kini, upacara Ngalaksa lebih menekankan pada doa kepada Allah SWT, meskipun unsur simbolik warisan leluhur masih tetap dipertahankan.

3. Latar Sosial-Ekonomi

Majalengka adalah daerah agraris dengan lahan subur di kaki Gunung Ciremai. Masyarakatnya sejak lama bergantung pada hasil pertanian, terutama padi. Oleh karena itu, tradisi syukuran panen seperti Ngalaksa lahir sebagai bentuk penghargaan terhadap kerja keras petani sekaligus pemersatu warga desa.


Tujuan dan Fungsi Upacara Ngalaksa

Warga Baduy di Lebak Banten gelar tradisi ngalaksa - ANTARA News Jambi

http://www.imagemouvement.com

Upacara adat ini tidak hanya sebatas ritual, tetapi memiliki fungsi yang luas bagi kehidupan sosial, spiritual, dan budaya masyarakat.

  1. Ungkapan Syukur
    Masyarakat mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.
  2. Doa untuk Panen Berikutnya
    Selain syukur, warga juga berharap musim tanam berikutnya tetap subur dan terhindar dari hama atau bencana.
  3. Penguatan Solidaritas Sosial
    Semua warga terlibat: ada yang menyumbang beras, ada yang membantu memasak, ada yang menyiapkan kesenian. Hal ini mempererat gotong royong.
  4. Pelestarian Budaya
    Ngalaksa menjadi media untuk menjaga identitas budaya Sunda di Majalengka agar tidak punah.
  5. Edukasi Generasi Muda
    Melalui upacara ini, anak-anak dan remaja belajar menghargai tradisi, kerja keras petani, serta pentingnya menjaga alam.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

  • Waktu: Setelah panen raya, biasanya setahun sekali. Penentuan tanggal dilakukan dengan musyawarah bersama tokoh adat, kuncen (penjaga adat), dan kepala desa.
  • Tempat: Dilaksanakan di balai desa, lapangan, atau halaman masjid. Namun biasanya prosesi arak-arakan dimulai dari sawah atau rumah tetua adat lalu berakhir di pusat desa.

Rangkaian Prosesi Upacara Ngalaksa

12 Tradisi Sunda yang Diwariskan Turun Temurun, Unik! | Orami

Upacara Ngalaksa terdiri dari beberapa tahapan yang sarat makna.

1. Persiapan

  • Warga bergotong royong mengumpulkan hasil bumi: padi, sayuran, buah, dan umbi-umbian.
  • Kaum ibu menyiapkan makanan khas, termasuk nasi laksa, yaitu hidangan dari beras yang dimasak dengan kuah santan dan rempah.
  • Sesajen simbolis disiapkan, biasanya berupa tumpeng, ayam panggang, buah, dan bunga.

2. Arak-Arakan (Helaran)

  • Hasil bumi diarak keliling kampung.
  • Arakan diiringi kesenian tradisional seperti kuda renggong, genjring bonyok, atau jaipongan.
  • Warga mengenakan pakaian adat Sunda.
  • Anak-anak ikut memeriahkan dengan membawa bendera atau hiasan dari janur.

3. Upacara Puncak

  • Doa bersama dipimpin oleh tokoh agama atau kuncen.
  • Doa berisi syukur atas panen dan harapan panen berikutnya lebih baik.
  • Simbol-simbol adat seperti sesajen tidak lagi disembah, tetapi dijadikan lambang penghormatan pada leluhur.

4. Pembagian Nasi Laksa

  • Nasi laksa dibagikan kepada seluruh warga.
  • Semua orang bebas makan bersama tanpa memandang status sosial.
  • Hal ini melambangkan pembagian rezeki dan kebersamaan.

5. Hiburan Rakyat

  • Setelah doa, acara dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian.
  • Wayang golek, kuda renggong, atau musik tradisional ditampilkan sebagai hiburan.
  • Kadang juga digelar pasar malam yang menarik minat pengunjung dari desa lain.

Makna Simbolik dalam Ngalaksa

Setiap elemen dalam upacara memiliki makna tersendiri:

  • Nasi Laksa: Melambangkan rezeki yang harus dibagi bersama agar berkah.
  • Arak-arakan hasil bumi: Simbol kegembiraan dan rasa syukur.
  • Gotong royong: Menggambarkan prinsip silih asah, silih asih, silih asuh (saling mengajari, menyayangi, dan melindungi).
  • Doa bersama: Menunjukkan perpaduan adat Sunda dan ajaran Islam.

Ngalaksa dalam Perspektif Sosial dan Budaya

Ngalaksa: Jembatan Menuju Dunia Atas
  1. Sebagai Identitas Lokal
    Ngalaksa menjadi ciri khas Majalengka yang membedakannya dari daerah lain.
  2. Sebagai Media Silaturahmi
    Semua warga berkumpul, bahkan perantau pulang kampung untuk ikut serta.
  3. Sebagai Daya Tarik Wisata
    Upacara Ngalaksa kini sering dijadikan agenda wisata budaya oleh pemerintah daerah.
  4. Sebagai Wadah Edukasi
    Anak-anak belajar menghargai tradisi, menjaga kebersamaan, serta mencintai alam.

Tantangan dan Pelestarian

Meski masih dilaksanakan di beberapa desa, Ngalaksa menghadapi tantangan:

  • Modernisasi membuat sebagian generasi muda kurang tertarik pada tradisi.
  • Urbanisasi menyebabkan banyak warga meninggalkan desa sehingga gotong royong berkurang.
  • Globalisasi budaya membuat tradisi lokal tergeser oleh budaya populer.

Upaya pelestarian yang dilakukan antara lain:

  1. Pemerintah Daerah menjadikan Ngalaksa sebagai kalender wisata budaya.
  2. Sekolah-sekolah mengajarkan tradisi lokal melalui muatan lokal.
  3. Komunitas budaya aktif mendokumentasikan dan menggelar kembali upacara Ngalaksa.

Relevansi Ngalaksa dengan Kehidupan Modern

Meskipun lahir dari masyarakat agraris, nilai-nilai dalam Ngalaksa tetap relevan:

  • Syukur: Mengingatkan manusia untuk tidak serakah dan selalu menghargai nikmat.
  • Gotong Royong: Cocok diterapkan dalam kehidupan perkotaan yang cenderung individualis.
  • Kearifan Ekologis: Mengajarkan pentingnya menjaga alam agar panen tetap berlimpah.
  • Multikulturalisme: Menunjukkan bagaimana tradisi lokal bisa berpadu dengan ajaran agama tanpa saling meniadakan.

Upacara adat Ngalaksa di Majalengka adalah warisan budaya yang sarat makna. Ia bukan hanya sekadar pesta panen, tetapi juga perwujudan rasa syukur, solidaritas sosial, dan penghormatan pada alam serta leluhur.
Di era modern, Ngalaksa tetap memiliki nilai penting: menjaga identitas budaya Sunda, memperkuat persaudaraan, serta menjadi inspirasi untuk hidup harmonis dengan alam. Oleh karena itu, pelestarian tradisi ini menjadi tugas bersama, baik pemerintah, masyarakat, maupun generasi muda.