Suku Kutai merupakan salah satu suku tertua di Kalimantan Timur. Nama “Kutai” erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman, kerajaan bercorak Hindu tertua di Indonesia yang berdiri sekitar abad ke-4 M. Selain itu, Kutai juga dikenal dengan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang berdiri pada abad ke-14.

Baca juga : Kreatifitas orasi anak STM bengkel sampai DPR
Baca juga : TRAGEDI1998 JILID 2 TAHUN 2025 #IND0NESIA GELAP
Baca juga : Didi kempot sang maestro music tanah jawa
Baca juga : Puan Maharani Trah Politik Soekarno RI
Suku Kutai memiliki budaya yang kaya dan beragam, meliputi bahasa, adat istiadat, seni, hingga sistem kepercayaan.
Budaya Suku Kutai terbentuk dari perpaduan nilai lokal, tradisi Hindu-Buddha, serta Islam yang datang kemudian. Hasilnya adalah kebudayaan yang kaya, berlapis, dan memiliki makna filosofis mendalam.
Bahasa dan Identitas Suku Kutai

http://www.imagemouvement.com
Bahasa Kutai merupakan bagian dari rumpun bahasa Melayu dengan beberapa dialek yang berbeda sesuai wilayahnya, antara lain:
- Kutai Hulu (Mahakam Hulu) – banyak dipengaruhi bahasa Dayak.
- Kutai Tengah – dianggap sebagai dialek standar.
- Kutai Pesisir – mendapat pengaruh bahasa Banjar dan Melayu.
Bahasa Kutai bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana melestarikan sastra lisan, seperti pantun, syair, dan hikayat yang menceritakan legenda rakyat. Bahasa ini mengandung nilai kesopanan dan penghormatan, yang mencerminkan karakter masyarakat Kutai yang ramah serta menjunjung tinggi adat.
Adat Istiadat dan Upacara Tradisional

Suku Kutai memiliki banyak upacara adat yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia dan alam. Beberapa di antaranya:
1. Upacara Erau
Upacara adat terbesar dan paling terkenal dari Suku Kutai adalah Erau, yang berarti “ramai” atau “riuh”. Dahulu, Erau merupakan upacara sakral kerajaan yang dilaksanakan untuk pelantikan raja atau perayaan tertentu. Saat ini, Erau berkembang menjadi festival budaya rakyat yang diikuti masyarakat lokal, bahkan internasional. Dalam Erau, ditampilkan tari-tarian, musik tradisional, ritual adat, hingga prosesi Belimbur (saling menyiram air sebagai simbol pembersihan diri).
2. Upacara Perkawinan
Perkawinan adat Kutai penuh dengan simbol dan tahapan. Prosesnya meliputi:
- Mererak (melamar)
- Mempupur (siraman atau penyucian calon pengantin)
- Akad nikah dengan busana adat yang dominan berwarna kuning emas, melambangkan kemuliaan dan kejayaan.
Dalam prosesi ini, musik gamelan Kutai dan pantun berbalas sering mengiringi acara.
3. Upacara Kematian
Upacara kematian disebut Beluluh atau Bepandian. Tujuannya untuk menghormati arwah yang telah meninggal dan membersihkan jiwa keluarga yang ditinggalkan. Ritual ini menunjukkan kepercayaan masyarakat Kutai terhadap pentingnya keseimbangan antara kehidupan dan kematian.
Seni dan Kesenian Suku Kutai

Kesenian menjadi bagian penting dalam budaya Kutai, meliputi tari, musik, sastra, dan kerajinan.
1. Seni Tari
- Tari Jepen: Tari paling populer dari Kutai yang memiliki pengaruh Melayu dan Islam. Gerakannya lincah, dinamis, dan sering dipertunjukkan dalam acara adat maupun hiburan.
- Tari Gantar: Tari yang menggunakan tongkat dan beras sebagai perlambang kesuburan, kerja sama, dan hasil panen.
2. Seni Musik
Seni musik Kutai banyak menggunakan alat musik gamelan, gong, ketipung, gambus, serta instrumen khas Kalimantan. Musik ini biasanya mengiringi upacara adat, pernikahan, atau pertunjukan seni.
3. Sastra Lisan
Pantun, syair, dan hikayat menjadi warisan budaya sastra Kutai. Cerita rakyat seperti legenda Sungai Mahakam, kisah raja-raja Kutai, dan hikayat kepahlawanan diwariskan secara turun-temurun melalui cerita lisan.
4. Seni Rupa dan Kerajinan
Kerajinan khas Kutai meliputi tenun ikat Samarinda, ukiran kayu, serta anyaman rotan. Tenun ikat Samarinda bahkan terkenal hingga ke mancanegara karena keindahan motif dan kualitas kainnya.
Rumah Adat dan Pakaian Tradisional
Rumah adat Kutai berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin, terkenal kuat dan tahan lama. Rumah ini memiliki ukiran dengan motif flora dan fauna yang mencerminkan keharmonisan manusia dengan alam.

Pakaian adat Kutai dibedakan berdasarkan acara:
- Pakaian pengantin: Berwarna emas atau kuning, dilengkapi perhiasan mewah yang melambangkan kejayaan kerajaan.
- Pakaian sehari-hari tradisional: Laki-laki mengenakan baju takwo dengan celana panjang, sedangkan perempuan memakai kebaya atau baju kurung dengan kain songket.
Kepercayaan dan Nilai Filosofis
Pada masa awal, masyarakat Kutai dipengaruhi oleh Hindu-Buddha, terbukti dari peninggalan prasasti Yupa di Muara Kaman. Setelah abad ke-14, Islam masuk dan berkembang pesat melalui Kesultanan Kutai Kartanegara. Kini mayoritas masyarakat Kutai beragama Islam, meski nilai-nilai lama masih tersisa dalam bentuk simbol dan tradisi.
Filosofi hidup masyarakat Kutai menekankan pada:
- Kebersamaan dan musyawarah
- Kesopanan dalam bertutur dan bertindak
- Penghormatan terhadap leluhur dan alam
Kuliner Khas Kutai
Budaya Suku Kutai juga tercermin dari kulinernya, di antaranya:
- Gence Ruan: Ikan gabus bakar dengan sambal khas pedas manis.
- Sambal Raja: Sambal yang dicampur dengan berbagai sayuran, terong, dan udang.
- Nasi Bekepor: Nasi khas yang dimasak dengan bumbu rempah, sering disajikan pada acara adat.
- Jongkong Kutai: Kue manis berbahan ketan hitam dan santan.
Makanan khas ini bukan sekadar hidangan, tetapi juga bagian dari identitas dan simbol keakraban dalam masyarakat.
Peran Budaya Suku Kutai di Samarinda dan Kalimantan Timur

Sebagai suku asli, budaya Kutai masih mewarnai kehidupan masyarakat Samarinda dan sekitarnya. Tenun ikat Samarinda menjadi ikon kota, sementara tari Jepen kerap dipertunjukkan dalam acara resmi. Festival Erau di Tenggarong menjadi magnet wisata budaya tahunan yang menarik wisatawan domestik dan internasional.