Inget nggak sih momen pertama kali kamu pegang kamera beneran? Yang bukan kamera HP, tapi kamera DSLR atau mirrorless yang tombolnya kayak dashboard pesawat. Buat saya pribadi, itu pengalaman yang… campur aduk. Antara excited, bingung, sama takut—takut salah pencet dan tiba-tiba kameranya minta password. Tapi ya begitulah, awal mula kenalan sama dunia yang katanya butuh “mata jeli dan tangan stabil”. Padahal, buat berdiri lurus aja saya udah ngos-ngosan.
Jadi wajar banget kalau banyak orang merasa ciut duluan. Tips dasar fotografi pemula sering kali terasa kayak ilmu sihir yang cuma dimiliki segelintir orang. Belajar teknik kamera? Duh, itu kayak baca manual AC dalam bahasa Jerman. Dan mode manual? Serius, itu kayak ngajarin kucing kamu buat isi spreadsheet.
Tapi tenang. Di artikel ini kita nggak akan sok-sokan ngasih istilah ribet. Kita akan bahas fotografi dari sudut yang paling manusiawi: takut pegang kamera, bingung mau motret apa, dan minder pas lihat hasil foto blur semua. Karena percaya atau nggak, itu semua fase wajar. Bahkan fotografer profesional pun pernah ngambil foto yang setengahnya adalah jari sendiri.
Kalau kamu pernah mikir, “Gue pengen bisa motret bagus, tapi nggak ngerti harus mulai dari mana,”—nah, kamu lagi buka artikel yang tepat. Yuk, kita mulai dari nol, sambil ketawa bareng dan belajar pelan-pelan. Karena jadi jago motret itu bukan soal bakat aja, tapi soal berani nyoba dan nggak takut salah.
Andalan Dasar Fotografi Pemula
Pertama-tama, kenalan dulu yuk sama bagian-bagian kamera. Nggak usah langsung apal semua tombol, cukup tau yang basic: tombol shutter (buat motret), tombol ISO, aperture, dan shutter speed. Ini tiga serangkai yang nanti bakal sering kamu temuin kalau udah mulai ngulik mode manual. Tapi sekarang? Nggak apa-apa dulu jalanin auto sambil kenalan.

1. Pegang Kamera dengan Gaya Kamu
Serius, nggak ada cara “paling benar” pegang kamera, asal kamu nyaman dan stabil. Kalau tanganmu suka gemeteran (kayak ditagih cicilan), coba pegang kamera dengan dua tangan, salah satu menopang dari bawah lensa. Ini bantu banget biar fotomu nggak shaking kayak footage horor.
2. Coba Komposisi Dasar: Rule of Thirds
Jangan takut motret. Coba aja dulu! Atur objekmu agak ke kanan atau kiri, bukan selalu di tengah. Ini namanya komposisi “Rule of Thirds”. Bayangin layar kamu dibagi 9 kotak. Taruh objek utama di salah satu garis potongnya. Hasilnya langsung kelihatan lebih niat, meskipun cuma motret sendal jepit.
3. Cahaya Adalah Sahabat (atau Musuh)
Kalau fotomu gelap atau terlalu terang, jangan langsung salahin kameranya. Liat dulu: kamu motret di tempat cukup cahaya nggak? Cahaya natural dari jendela sering jadi lighting terbaik. Hindari lampu neon langsung ke wajah, kecuali kamu mau kelihatan kayak karakter sinetron tahun 90-an.
4. Jangan Takut Nyoba Mode Manual (Tapi Pelan-Pelan)
Setelah kamu nyaman, baru deh intip mode manual. Di sinilah kita kenalan sama ISO, aperture, dan shutter speed. Gampangnya:
- ISO: kayak kecerahan sensor. Semakin tinggi, semakin terang, tapi juga bisa bikin noise.
- Aperture (f/angka): kayak ukuran pintu cahaya. Semakin kecil angkanya (misal f/1.8), semakin besar pintunya = latar belakang blur (bokeh!)
- Shutter speed: kayak durasi buka tutup mata kamera. Makin cepat, makin tajam. Makin lambat, bisa bikin motion blur.
Analogi gampangnya: ISO itu kayak mata kamu lagi terang atau merem. Aperture itu kayak pupil—kecil atau besar. Shutter speed itu kayak kecepatan kamu buka tutup mata pas ada yang ngajak foto dadakan.
5. Latihan: Foto Apa Aja
Nggak usah nunggu pemandangan gunung atau sunset buat latihan. Motret sepatu kamu, kopi yang berembun, kucing tetangga, atau bayangan di tembok pun bisa. Yang penting: terus coba. Semakin sering kamu motret, semakin kamu kenal gaya dan cara kamu sendiri.
6. Edit Itu Boleh, Tapi Jangan Jadi Andalan
Gunakan editan sebagai bumbu, bukan penentu rasa utama. Bahkan fotografer profesional pun masih pakai Lightroom atau Snapseed, tapi mereka tetap fokus pada hasil jepretan asli. Jangan sampai semua foto kamu harus “diselamatkan” dari kegelapan abadi karena salah exposure.
7. Nikmati Prosesnya
Foto pertama kamu mungkin jelek. Foto kedua mungkin juga. Tapi foto ke-100? Siapa tahu itu yang bikin kamu jatuh cinta sama dunia ini. Jangan bandingin diri kamu sama akun Instagram yang udah 5 tahun motret. Bandingin sama kamu yang kemarin—udah motret lebih banyak? Sudah lebih pede megang kamera? Itu baru keren.

Jadi, Gimana Rasanya Sekarang?
Kalau kamu udah sampai di bagian ini, berarti kamu serius pengen belajar dan itu keren banget. Karena kadang yang paling susah bukan paham teknik kamera, tapi berani mulai. Nah, sekarang kamu udah punya bekal tips dasar fotografi pemula, udah kenalan sama belajar teknik kamera tanpa harus stres, dan mulai ngerti pentingnya nyoba pelan-pelan masuk ke mode manual.
Yang penting diingat: nggak ada fotografer keren yang lahir langsung jago. Mereka semua pernah ngerasain foto blur, pencahayaan kacau, atau hasil jepretan yang cuma bisa jadi stok meme. Tapi mereka terus motret. Terus ngulik. Terus nikmatin prosesnya.
Jadi kamu juga bisa. Mulailah dari satu foto per hari. Satu momen kecil yang kamu abadikan. Jangan pedulikan dulu jumlah likes atau followers. Foto itu bukan buat orang lain dulu—tapi buat kamu. Sebagai pengingat, catatan visual, atau sekadar cara buat bilang, “Gue ada di sini, dan ini caraku ngelihat dunia.”
Dan kalau nanti kamu ngerasa capek atau stuck, ingat: semua orang pernah ada di fase itu. Ambil napas. Jalan-jalan. Foto tanpa niat bikin bagus. Kadang, momen terbaik itu datang saat kamu nggak ngoyo nyari.
Yuk, mulai sekarang kita tantang diri sendiri: ambil satu foto setiap hari selama seminggu. Nggak harus bagus. Nggak harus pakai kamera mahal. Yang penting: kamu berani mulai. Deal?
Siapkan kameramu, buka matamu, dan… jepret! imagemouvement.com