Tari Saman Budaya Aceh tradisional Mendunia

Tari Saman Budaya Aceh yang Mendunia

Tari saman merupakan salah satu tarian tradisional paling terkenal dari Aceh, tepatnya dari dataran tinggi Gayo.

Mengenal Suku Aceh, dari Asal-usul hingga Tradisi

http://www.imagemouvement.com

Baca juga : wisata indah penuh misteri kota sukabumi
Baca juga : Wisata Sejarah Kota Kembang Bandung
Baca juga : 2 Hari 1 Malam Wisata Misteri di kota Aceh
Baca juga : Sejarah Jakarta Jejak Masa Lalu Ibu Kota

Tari Saman bukan hanya dikenal di Nusantara, tetapi juga mendunia hingga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada tahun 2011. Keunikan Tari Saman terletak pada keseragaman gerakan, kecepatan tempo, serta lantunan syair Islami yang mengiringinya. Ia bukan hanya sekadar pertunjukan seni, melainkan simbol kebersamaan, dakwah, dan identitas masyarakat Aceh.

Asal-usul dan Sejarah
Tari Saman diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama besar dari suku Gayo pada abad ke-16. Awalnya, masyarakat Gayo memiliki permainan rakyat bernama Pok Ane, berupa tepukan tangan dan lantunan syair hiburan. Syekh Saman kemudian mengubahnya menjadi sarana dakwah Islam dengan memasukkan zikir, doa, dan nasihat moral ke dalam syair-syairnya. Sejak saat itu, tarian ini dikenal sebagai “Saman” sesuai nama penciptanya.
Dalam sejarahnya, Tari Saman sering dipentaskan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, acara keagamaan, dan upacara adat. Selain sebagai hiburan, tarian ini berfungsi sebagai media penyebaran Islam di Aceh.

Ciri Khas Tari Saman

Pesona Aceh: 10 Aspek Budaya Unik di Aceh yang Akan Selalu Terjaga dalam  Keberagaman - Acheh Network

Tari Saman memiliki karakteristik yang membuatnya berbeda dari tarian lain di Indonesia :
Formasi Duduk
Semua penari duduk berbaris lurus (bersaf), menandakan persatuan dan kesetaraan. Tidak ada penari yang menonjol, semua sama pentingnya.

Jumlah Penari
Minimal 10–12 orang, terdiri dari seorang syekh (pemimpin lagu), dua pengapit (penguat suara), dan sisanya penupang atau penari inti. Namun, di zaman modern, jumlah penari bisa puluhan bahkan ratusan.

Gerakan
Gerakan terdiri dari tepukan dada, paha, jentikan jari, ayunan tangan, hingga gelengan kepala. Semua dilakukan secara cepat, ritmis, dan serempak. Keindahan Saman terletak pada kekompakan itu; bila ada satu penari terlambat, harmoni langsung pecah.

Irama Musik
Tidak menggunakan alat musik eksternal. Semua irama berasal dari tubuh penari, seperti suara tepukan, hentakan, dan vokal.

Busana
Penari Saman mengenakan pakaian tradisional Gayo dengan warna-warna cerah seperti hitam, merah, kuning, dan hijau. Busana dihiasi motif sulaman khas Gayo yang penuh simbol, misalnya bunga pucuk rebung melambangkan pertumbuhan dan kehidupan.

Tari Saman Aceh Pukau Festival Seni Tari UNESCO

Filosofi dan Nilai
Tari Saman sarat akan nilai filosofis yang mendalam Sejak dahulu, Tari Saman memiliki beberapa fungsi sosial dan budaya : Kebersamaan: Gerakan yang harus kompak melambangkan persatuan dan gotong royong.
Disiplin dan Kerja Sama: Tempo yang cepat menuntut koordinasi, kesabaran, dan kedisiplinan tinggi.
Syiar Islam: Syair yang dilantunkan berisi doa, nasihat moral, dan pujian kepada Allah SWT.
Identitas Budaya: Menjadi simbol keteguhan dan kekuatan masyarakat Gayo dalam menjaga tradisi.
Media Dakwah
Melalui syair Islami, Tari Saman menjadi sarana penyebaran Islam yang efektif di Aceh.\
Hiburan Rakyat
Dipentaskan dalam pesta adat, perayaan panen, hingga penyambutan tamu agung.
Ritual Keagamaan
Sering tampil pada acara keagamaan, seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, atau Idul Adha.
Identitas Aceh
Kini, Tari Saman telah menjadi ikon budaya Aceh dan Indonesia di kancah internasional.

Fakta Menarik Tentang Tari Saman Pengakuan Dunia

Tari Saman telah tampil di berbagai panggung dunia. Pada tahun 1974, tarian ini dipentaskan di Jakarta dalam acara nasional dan mulai menarik perhatian internasional. Kemudian pada tahun 2011, UNESCO mengakui Tari Saman sebagai “Intangible Cultural Heritage of Humanity” (Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan) dengan status membutuhkan perlindungan mendesak. Status ini menandakan bahwa dunia mengakui keunikan sekaligus kerentanan Tari Saman jika tidak dilestarikan.
Sejak itu, Tari Saman semakin sering tampil di festival internasional, dari Asia hingga Eropa dan Amerika. Banyak komunitas diaspora Indonesia di luar negeri yang mempelajarinya, menjadikan Saman sebagai duta budaya bangsa : Durasi Pentas biasanya 10–15 menit, tetapi bisa lebih panjang dalam festival.
Energi Tinggi: Karena gerakannya cepat, penari harus memiliki stamina dan konsentrasi tinggi.
Rekor Dunia: Pernah digelar “Tari Saman 1001” di Takengon, Aceh Tengah, dengan ribuan penari serentak, tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
Pendidikan Formal: Tari Saman kini diajarkan di sekolah-sekolah Aceh, bahkan di perguruan tinggi seni di Indonesia.
Diplomasi Budaya: Sering ditampilkan dalam acara kenegaraan dan diplomasi internasional.

Seniman Aceh dan Jabar Kolaborasi dalam Pentas Urban Art

Di era modern, Tari Saman mengalami perkembangan tanpa kehilangan identitasnya.
Jumlah Penari: Lebih banyak, hingga ratusan orang, untuk menciptakan visual megah.
Koreografi: Meski mempertahankan gerakan dasar, variasi modern ditambahkan untuk menarik penonton global.
Busana: Lebih kreatif, namun tetap menampilkan motif tradisional Gayo.
Kolaborasi Seni: Kadang dikombinasikan dengan musik tradisional Aceh lainnya atau dikemas dalam pertunjukan teatrikal.
Tidak sedikit mahasiswa Indonesia di luar negeri, misalnya di Jepang, Belanda, atau Amerika, yang membentuk kelompok Tari Saman dan tampil dalam festival budaya. Hal ini menunjukkan bagaimana Tari Saman berhasil melintasi batas geografis dan menjadi simbol diplomasi budaya Indonesia.
Tari Saman adalah mahakarya budaya Aceh yang lahir dari perpaduan tradisi lokal Gayo dan nilai-nilai Islam. Lebih dari sekadar tarian, ia adalah manifestasi kebersamaan, disiplin, dan spiritualitas. Dengan gerakan cepat, syair Islami, serta kekompakan yang luar biasa, Tari Saman mengajarkan filosofi hidup bahwa harmoni hanya bisa tercapai melalui kerja sama.
Pengakuan UNESCO pada 2011 menegaskan bahwa Tari Saman adalah warisan dunia yang harus dijaga. Kini, dengan dukungan masyarakat, lembaga budaya, hingga generasi muda, Tari Saman tidak hanya hidup di Aceh, tetapi juga menjadi ikon budaya Indonesia di mata dunia.