Anyaman daun lontar bukan hanya produk kerajinan fungsional, tetapi juga sebuah simbol kearifan lokal yang menghubungkan manusia dengan alam. Di tengah derasnya arus globalisasi, anyaman ini tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Ternate, meski eksistensinya menghadapi tantangan besar
Baca juga : konflik timur tengah berdampak secara global
Baca juga : Perjalanan karier verrell bramasta
Baca juga : inovasi perkebunan pertanian cabe rawit
Baca juga : petualangan ekstream gunung latimojong
Baca juga : Fungsi Paprika bagi kesehatan
Ternate, sebuah pulau yang berada di gugusan Maluku Utara, sejak lama dikenal dunia sebagai pusat perdagangan rempah. Namun, selain rempah-rempah yang mendunia, Ternate juga menyimpan warisan budaya berupa kerajinan tangan yang sarat makna. Salah satu yang menarik untuk dikaji adalah anyaman daun lontar
Pohon Lontar: Fakta dan Potensinya
Sebelum menelusuri kerajinan anyaman, penting untuk memahami bahan utamanya, yaitu pohon lontar (Borassus flabellifer).

- Karakteristik Biologis
Pohon lontar dapat tumbuh hingga 30 meter dengan batang kokoh lurus dan daun berbentuk kipas berdiameter 2–3 meter. Tanaman ini tahan terhadap kondisi kering dan mampu hidup hingga ratusan tahun. - Manfaat Multiguna
- Daun: dianyam menjadi tikar, wadah, topi, dan peralatan rumah tangga.
- Buah: daging buahnya dapat dimakan; biji mudanya menyegarkan.
- Nira: diolah menjadi gula, minuman tradisional, atau bahan fermentasi.
- Batang: dipakai untuk tiang rumah, jembatan, dan bahan bangunan.
- Serat: dipintal menjadi tali.
- Konteks Ekologis di Maluku Utara
Lontar tumbuh subur di daerah pesisir Ternate dan pulau-pulau sekitarnya. Keberadaannya sangat penting karena menyediakan sumber daya yang murah, ramah lingkungan, dan mudah diperbarui. Bagi masyarakat lokal, lontar bukan hanya pohon, melainkan “sumber kehidupan.”
Sejarah Anyaman Daun Lontar di Ternate
Jejak anyaman daun lontar di Ternate dapat ditelusuri sejak masa Kesultanan Ternate (abad ke-13 hingga ke-19).

http://www.imagemouvement.com
- Masa Kesultanan
- Anyaman lontar digunakan sebagai alas duduk dalam upacara kerajaan.
- Tikar lontar menjadi simbol kesederhanaan sekaligus kesakralan, misalnya ketika Sultan menerima tamu adat, tikar dianyam khusus sebagai alas pertemuan.
- Wadah lontar dipakai menyimpan sirih-pinang, yang hingga kini menjadi simbol keramahan orang Maluku.
- Fungsi Ekonomi Tradisional
Produk anyaman dahulu dijadikan alat barter dengan hasil laut, sagu, atau rempah. Nilainya dihargai karena daya tahan dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. - Peran Gender dan Sosial
Menganyam merupakan keterampilan yang diwariskan terutama pada perempuan. Anak perempuan Ternate biasanya mulai belajar menganyam sejak usia 10–12 tahun. Keterampilan ini dianggap sebagai bekal memasuki rumah tangga karena menunjukkan kesabaran, ketekunan, dan keahlian mengurus keluarga.
Proses Pembuatan Anyaman Daun Lontar
- Pemilihan Daun
- Dipilih daun tua yang tidak terlalu kering.
- Daun diambil dengan alat tajam dan dijemur singkat agar mudah diolah.
- Pengolahan Daun
- Daun dibersihkan dari duri dan tulang keras.
- Dijemur 2–3 hari hingga setengah kering.
- Kadang direndam untuk meningkatkan kelenturan.
- Menganyam
- Teknik dasar adalah silang-menyilang (over and under).
- Pola bisa sederhana (lurus) atau kompleks (zigzag, geometris).
- Kerapatan anyaman menentukan kekuatan dan nilai produk.
- Finishing
- Produk dijemur ulang agar awet.
- Pewarna alami digunakan untuk variasi, misalnya dari kulit kayu atau daun tertentu.
- Beberapa produk diberi sentuhan modern, seperti kombinasi dengan kain atau kulit.
Fakta menarik: seorang pengrajin berpengalaman dapat menyelesaikan 1 tikar ukuran besar dalam waktu 2–3 hari, sementara produk kecil seperti kipas bisa selesai dalam hitungan jam.
Ragam Produk Anyaman Daun Lontar

- Tikar Lontar (Tike Lamo)
- Digunakan sehari-hari sebagai alas tidur dan duduk.
- Dalam adat pernikahan, tikar menjadi simbol penyatuan dua keluarga.
- Bakul dan Wadah (Sopi-Sopi)
- Digunakan menyimpan rempah, hasil panen, atau sirih-pinang.
- Masih terlihat dalam acara adat sebagai tempat hantaran.
- Topi Tradisional (Saloi Lontar)
- Dipakai nelayan dan petani.
- Fungsional sekaligus simbol identitas lokal.
- Tas, Dompet, dan Souvenir
- Produk kontemporer hasil inovasi generasi muda.
- Laris sebagai cenderamata wisata Ternate.
- Kipas Lontar
- Ringan, sederhana, dan praktis.
- Sering digunakan dalam upacara adat dan rumah tangga.
Nilai Budaya, Sosial, dan Filosofi

- Simbol Kebersamaan
Menganyam sering dilakukan berkelompok, sambil berbincang, sehingga mempererat hubungan sosial. - Simbol Kesederhanaan
Motif anyaman sederhana mencerminkan gaya hidup masyarakat Ternate yang dekat dengan alam. - Makna Adat
Tikar lontar menjadi bagian penting dalam pernikahan, musyawarah adat, hingga ritual keagamaan. - Pendidikan Gender
Keterampilan menganyam bagi perempuan dianggap sebagai simbol kedewasaan dan kesiapan membangun rumah tangga.
Fakta Menarik dan Tradisi
- Di beberapa desa, anak perempuan wajib bisa menganyam sebelum menikah.
- Anyaman daun lontar dulu menjadi mata uang sosial, ditukar dengan ikan, pala, atau sagu.
- Hingga kini, sirih-pinang yang dibungkus wadah lontar masih disuguhkan sebagai tanda hormat.
Tantangan di Era Modern

- Perubahan Gaya Hidup
Produk plastik dan pabrikan lebih praktis dan murah. - Regenerasi Terhenti
Generasi muda banyak yang enggan belajar karena dianggap tidak menguntungkan. - Pasar Terbatas
Anyaman sering hanya dijual lokal, belum terpromosikan secara luas.
Upaya Pelestarian dan Inovasi

- Festival Budaya Ternate
Anyaman lontar dipamerkan dalam acara budaya tahunan. - Pelatihan Keterampilan
Pemerintah dan LSM melatih remaja agar mau melanjutkan tradisi. - Inovasi Produk
Desain kontemporer (tas, dompet, dekorasi) dikembangkan untuk menarik wisatawan. - Ekonomi Kreatif
Anyaman bisa menjadi bagian dari pariwisata budaya Maluku Utara.
Anyaman daun lontar Ternate adalah cermin kearifan lokal yang bertahan sejak masa Kesultanan hingga kini. Lebih dari sekadar kerajinan, ia adalah identitas budaya, simbol kesederhanaan, serta bukti keterhubungan manusia dengan alam.
Di era modern, eksistensinya memang terancam oleh produk pabrikan dan perubahan gaya hidup. Namun, dengan inovasi, dukungan pemerintah, serta minat generasi muda, anyaman lontar dapat menjadi produk unggulan budaya dan ekonomi kreatif Ternate.
Melestarikan anyaman daun lontar berarti menjaga sejarah, filosofi, dan masa depan Ternate sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.