Batam dikenal luas sebagai kota industri dan perdagangan internasional, namun di balik modernitasnya, pulau ini menyimpan kekayaan budaya Melayu yang masih bertahan di tengah arus globalisasi. Salah satu warisan budaya yang hingga kini tetap hidup di tengah masyarakat adalah Gendang Nongak, atau yang juga dikenal dengan nama Joget Dangkong.

Baca juga :Nadiem makarim tersangka korupsi 9 triliun
Baca juga : 6 Tips trik cara manaklukan puncak jaya
Baca juga : les privat Dibalik sisi baik bagi anak anda
Baca juga : Rekam jejak gaya hidup erika carlina
Baca juga : Kesehatan mental Reformasi Demokrasi indonesia
Joget Dangkong Tradisi ini bukan sekadar hiburan rakyat, melainkan juga cerminan jati diri masyarakat Melayu pesisir yang menjunjung tinggi kebersamaan, kesenian, dan nilai-nilai sosial. Dalam setiap dentuman gendang dan langkah jogetnya, terkandung makna filosofis tentang keceriaan, persaudaraan, dan keterbukaan masyarakat Melayu terhadap budaya luar tanpa kehilangan identitas aslinya
Asal-usul dan Sejarah
- Asal-usul nama:
- Gendang Nongak → berasal dari kata gendang (alat musik perkusi utama) dan nongak (istilah lokal untuk irama khas tabuhan gendang).
- Joget Dangkong → merujuk pada bentuk joget atau tariannya. Dangkong diyakini berasal dari kata “dangkung” yang berarti riang gembira, menggambarkan suasana pesta rakyat.
- Sejarah perkembangan:
- Diperkirakan telah ada sejak abad ke-18 atau 19 di kawasan pesisir Kepulauan Riau.
- Berkembang di Batam, Bintan, Lingga, Karimun, hingga Johor (Malaysia) sebagai hiburan kampung.
- Awalnya hanya dimainkan dengan alat musik sederhana (gendang, gong, biola). Seiring waktu, alat musik akordion dan gitar juga ikut masuk.
- Pengaruh budaya luar:
- Musik ini menunjukkan keterbukaan Melayu terhadap pengaruh Arab, India, dan Portugis (melalui penggunaan biola dan akordion).
- Meski terpengaruh, ciri khas Melayu tetap kuat melalui pantun dan pola jogetnya.

3. Instrumen Musik dalam Gendang Nongak
Gendang Nongak identik dengan perpaduan alat musik tradisional dan modern.
- Gendang – instrumen utama yang memberikan tempo cepat dan dinamis.
- Gong – mengisi aksen pada setiap pergantian irama.
- Biola – memperkaya melodi dengan nuansa lembut namun enerjik.
- Gambus – dulu sering digunakan, kini jarang dipakai dan digantikan akordion.
- Akordion – memberikan warna musik khas Melayu modern.
- Marwas atau Tamborin – instrumen tambahan untuk mempertegas irama.
- Vokal (biduan) – selain menyanyi, biduan juga melantunkan pantun yang menjadi ciri khas pertunjukan.
Fakta: Menurut catatan Dinas Kebudayaan Kepulauan Riau, format musik Gendang Nongak berbeda-beda di setiap daerah. Di Batam, pengaruh modern lebih kuat dengan adanya akordion, sementara di Lingga masih menggunakan gambus.
4. Tari Joget Dangkong

http://www.imagemouvement.com
Selain musik, ciri khas Gendang Nongak adalah tarian joget yang dilakukan berpasangan.
- Pola tari:
- Gerakan kaki sederhana (maju, mundur, ke samping).
- Gerakan tangan lentur mengikuti irama biola/akordion.
- Gerakannya tidak kaku, melainkan penuh improvisasi.
- Penari:
- Awalnya dimainkan oleh penari profesional dari kampung tertentu.
- Kini masyarakat biasa boleh ikut menari, terutama saat acara rakyat.
- Kostum:
- Penari wanita mengenakan kebaya labuh dan kain batik/songket.
- Penari pria mengenakan baju kurung dan tanjak.
- Namun dalam perkembangannya, kostum bisa lebih bebas menyesuaikan acara.
Fakta: Joget Dangkong dianggap sebagai bentuk “pergaulan sehat” di masyarakat Melayu. Walau ada interaksi pria-wanita dalam tarian, norma kesopanan tetap dijaga.
5. Pantun sebagai Unsur Penting

Pantun adalah jiwa dari Gendang Nongak.
- Pantun berbalas dilantunkan oleh biduan atau penyanyi, biasanya bertema cinta, persahabatan, atau guyonan.
- Fungsi pantun:
- Menyampaikan pesan moral.
- Menghibur penonton dengan gurauan.
- Menjadi media interaksi spontan antara penari dan penyanyi.
Contoh pantun khas dalam joget:
“Kalau tuan pergi ke hulu,
Jangan lupa membawa parang.
Kalau tuan bijak selalu,
Mari kita joget bersama riang.”
6. Fungsi Sosial dan Budaya
Gendang Nongak tidak sekadar hiburan, melainkan juga memiliki fungsi sosial.
- Hiburan rakyat → dimainkan dalam pesta pernikahan, sunatan, atau kenduri kampung.
- Media interaksi sosial → mempertemukan pemuda-pemudi dalam suasana gembira.
- Pemersatu masyarakat → semua lapisan masyarakat boleh ikut menari.
- Pelestarian identitas Melayu → menjadi simbol jati diri masyarakat pesisir Batam.
- Fungsi ekonomi → menjadi sumber penghasilan bagi seniman musik dan tari.
Fakta: Di beberapa kampung tua Batam seperti Tanjung Uma, Gendang Nongak masih dipakai untuk meramaikan pesta perkawinan hingga kini.
7. Perbedaan dengan Joget Melayu Biasa
Sering kali Gendang Nongak disamakan dengan Joget Melayu atau Zapin, padahal ada perbedaan:
- Zapin → lebih religius, gerakannya teratur, sering dimainkan dalam acara keagamaan.
- Joget Melayu → hiburan umum, tetapi musiknya lebih halus.
- Gendang Nongak / Joget Dangkong → lebih spontan, ritme cepat, suasana meriah, dan penuh interaksi langsung dengan penonton.
8. Penyebaran dan Perkembangan di Batam
- Kampung Tua di Batam seperti Tanjung Uma, Nongsa, Tanjung Riau, Belakang Padang adalah pusat pelestarian Gendang Nongak.
- Dalam perkembangannya, kesenian ini juga masuk ke panggung festival budaya, acara resmi pemerintahan, hingga pertunjukan pariwisata.
- Kini, kelompok seni Gendang Nongak ada di beberapa sanggar budaya di Batam, misalnya di bawah binaan Dewan Kesenian Batam.
Fakta: Menurut laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2018), Joget Dangkong sudah diajukan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Kepulauan Riau.
9. Nilai-nilai Filosofis dalam Gendang Nongak
- Kebersamaan → siapa saja boleh ikut serta, tanpa memandang status sosial.
- Kegembiraan → menegaskan bahwa seni rakyat adalah sarana melepas penat.
- Kesopanan → meskipun pria-wanita menari bersama, norma adat tetap dijunjung.
- Keterbukaan budaya → menerima pengaruh luar tetapi tetap berakar pada Melayu.
10. Tantangan dan Pelestarian
- Tantangan:
- Modernisasi dan hiburan digital membuat generasi muda kurang tertarik.
- Dianggap kuno dibandingkan musik modern.
- Minim dokumentasi sejarah tertulis.
- Upaya pelestarian:
- Festival budaya → seperti Festival Pulau Penyengat dan Festival Batam Menari yang menampilkan Joget Dangkong.
- Pendidikan seni → beberapa sekolah di Batam mulai mengenalkan tarian dan musik ini dalam muatan lokal.
- Pariwisata budaya → ditampilkan sebagai atraksi bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
- Digitalisasi → dokumentasi video di YouTube dan media sosial membantu memperkenalkan ke generasi muda.
Fakta: Pada tahun 2017, Joget Dangkong resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Gendang Nongak atau Joget Dangkong adalah warisan budaya Melayu Batam yang memiliki nilai seni, sosial, dan historis tinggi. Tradisi ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga simbol persaudaraan dan identitas masyarakat pesisir.
Di tengah arus globalisasi, pelestarian kesenian ini sangat penting agar generasi muda tidak tercerabut dari akar budayanya. Melalui festival, pendidikan, dan pariwisata, Gendang Nongak dapat terus hidup dan bahkan menjadi daya tarik unik bagi Batam sebagai kota modern yang tetap menjaga adat tradisi Melayu.